Hai guys, kemarin aku dapat tugas makul Dasar Analisis Spektrometri disuruh nyari tentang prinsip dari macam-macam detektor. Kemarin sempat kelabakan nyari materi tentang ini. Kaya'nya masih sedikit orang yang memposting tentang materi ini, nggak tahu kenapa? Karena pengalaman itu, aku mau berbagi materi nih ke teman2 semua. Semoga bisa bermanfaat. :)
Detektor
Foton
Detector foton merupakan bagian dari fotodetektor yang telah dikenal
selama ini. Berdasarkan tipenya, fotodetektor dapat dibagi menjadi dua yaitu
detector foton dan detector panas.
Detector foton
mendeteksi cahaya berdasarkan pada prinsip quantum photoelectric effect.
Prinsip quantum photoelectric effect yaitu foton mengeksitasi carrier
sehingga menghasilkan photocurrent. Photoelectric effect didasarkan pada energi foton hv, dengan mengacu pada panjang gelombang λ yang
berkaitan dengan energi transisi ∆E.
Untuk membuat
foton dapat mengeksitasi carrier, energi foton harus lebih besar dari energi
transisi (hv >
∆E). Pada divais semikonduktor, energi transisi ∆E merupakan gap energi dari
semikonduktor. Sehingga untuk memanipulasi fotodetektor tersebut dapat dilakukan
dengan memanipulasi energi gap dari semikonduktor dengan memilih material
semikonduktor dengan energi gap tertentu.
Misalnya, untuk mengetahui jumlah senyawa dalam
suatu sample dapat dilakukan dengan melewatkan sinar UV dengan panjang gelombang
tertentu (panjang gelombang yang dapat diserap oleh senyawa tersebut) ke
sample. Intensitas sinar UV yang diserap dapat dihitung dengan membandingkan
intensitas sinar UV yang tidak melewati sample dan intensitas yang melewati
sample. Untuk mengukur intenstias sinar UV diperlukan suatu peralatan yang
disebut detector (UV detector). Ada beberapa jenis UV detector yang ada saat
ini, yaitu :
1.
Sel
Photovoltaic
Foto sel (Photovoltaic atau Barrier
Layer Cells) digunakan untuk deteksi dan pengukuran radiasi pada daerah tampak.
Suatu Barrier Layer Cells terdiri dari
sebuah plat logam yang dilapisi dengan suatu lapisan semikonduktor. Biasanya
dipakai logam besi dengan lapisan semikonduktor selen. Suatu lapisan transparan
yang sangat tipis dari perak dilekatkan di atas semikonduktor dan berlaku
sebagai elektron kolektor.
Energi cahaya yang jatuh di atas
permukaan akan sampai ke semikonduktor dan mengeksitasi elektron-elektron pada
permukaan perak-selen yang akhirnya menuju ke elektron kolektor. Suatu daerah
hypotical barrier rupanya terjadi diantara permukaan semikonduktor yang
memudahkan elektron meninggalkan semikonduktor menuju elektron kolektor. Arus listrik
yang dihasilkan oleh detektor kemudian diperkuat dengan amplifier dan akhirnya
diukur oleh indikator biasanya berupa recorder analog atau komputer.
Sel surya
mengubah cahaya menjadi listrik.Sel surya sering kali disebut sel photovoltaic,
photovoltaic dapat diartikan sebagai "cahaya-listrik". Sel surya atau
sel PV bergantung pada efek photovoltaic
untuk menyerap energi matahari dan menyebabkan arus mengalir antara dua lapisan
bermuatan yang berlawanan. Sel surya biasanya berbentuk wafer bulat diameter 3
inci (7,6 cm) dan tebal 300 mm.
Kepingan sel photovoltaic terdiri
atas kristal silikon yang memiliki dua lapisan silisium doped, yaitu lapisan
solar sel yang menghadap ke cahaya matahari memiliki doped negatif dengan
lapisan fosfor, sementara lapisan dibawahnya terdiri dari doped positif dengan
lapisan borium. Antara kedua lapisan dibatasi oleh penghubung p-n. Jika pada
permukaan sel photovoltaic terkena cahaya matahari maka pada sel bagian atas
akan terbentuk muatan-muatan negatif yang bersatu pada lapisan fosfor.
Sedangkan pada bagian bawah lapisan sel photovoltaic akan membentuk muatan positif
pada lapisan borium. Kedua permukaan tersebut akan saling mengerucut muatan
masing-masingnya jika sel photovoltaic terkena sinar matahari. Sehingga pada
kedua sisi sel photovoltaic akan menghasilkan beda potensial berupa tegangan
listrik.
2.
Phototube
Phototube (Photo Emissive Cell) bentuk
yang sederhana terdiri dari suatu bola gelas yang hampa udara atau berisi gas
mulia pada tekanan rendah, misalnya argon pada 0,2 mmHg. Di dalam
bola terdapat katoda yang berbentuk lempeng setengah
lingkaran dan bagian dalamnya dilapisi zat yang sangat peka terhadap cahaya, misalnya campuran cesium oksida atau
kalium oksida dan perak oksida. Phototube terdiri dari anode dan cathode,
apabila sinar UV ditembakan ke cathode (-), maka akan terjadi emisi/pergerakan
electron dari cathode ke anode sebagai akibat dari efek photoelectric.
Pergerakan electron ini akan diukur sebagai arus listrik yang sebanding dengan
intensitas UV yang mengenai cathode tersebut.
3. Photomultiplier
Tube (PMT)
Cara kerja PMT mirip Phototube, terdiri dari photocathode dan
beberapa buah anode (tidak seperti pada phototube yang hanya terdiri dari satu
buah anode) yang disusun secara serie (disebut dynode). Sinar UV (photons) yang
ditembakan ke cathode akan menyebabkan emisi electron dari cathode ke anode.
Anode yang satu dengan yang lainya diberi beda potensial, sehingga apabila
emisi electron dari cathode sampai di dynode pertama, akan ada tambahan
electron yang diteruskan ke dynode berikutnya, dan seterusnya sehingga secara
akumulasi jumlah electron yang emisi di dynode terakhir semakin banyak (arusnya
semakin besar), itu sebabnya mengapa PMT lebih sensitif dibandingkan dengan
phototube. Maka untuk setiap foton sinar yang jatuh pada katoda pada akhirnya akan dibebaskan 10^6– 10^7 elektron yang terkumpul di anoda.
4.
Detektor Semikonduktor
Bahan
semikonduktor, yang diketemukan relatif lebih baru daripada dua jenis detektor
di atas, terbuat dari unsur golongan IV pada tabel periodik yaitu silikon atau germanium. Detektor
ini mempunyai beberapa keunggulan yaitu lebih effisien dibandingkan dengan
detektor isian gas, karena terbuat dari zat padat, serta mempunyai resolusi
yang lebih baik daripada detektor sintilasi.
Pada
dasarnya, bahan isolator dan bahan semikonduktor tidak dapat meneruskan arus
listrik. Hal ini disebabkan semua elektronnya berada di pita valensi
sedangkan di pita konduksi kosong. Perbedaan tingkat energi antara pita valensi
dan pita konduksi di bahan isolator sangat besar sehingga tidak memungkinkan
elektron untuk berpindah ke pita konduksi ( > 5 eV ) seperti terlihat di
atas. Sebaliknya, perbedaan tersebut relatif kecil pada bahan semikonduktor (
< 3 eV ) sehingga memungkinkan elektron untuk meloncat ke pita konduksi bila
mendapat tambahan energi.
Energi
radiasi yang memasuki bahan semikonduktor akan diserap oleh bahan sehingga
beberapa elektronnya dapat berpindah dari pita valensi ke pita konduksi. Bila
di antara kedua ujung bahan semikonduktor tersebut terdapat beda potensial maka
akan terjadi aliran arus listrik. Jadi pada detektor ini, energi radiasi diubah
menjadi energi listrik.
Sambungan
semikonduktor dibuat dengan menyambungkan semikonduktor tipe N dengan tipe P
(PN junction).Kutub positif dari tegangan listrik eksternal dihubungkan ke tipe
N sedangkan kutub negatifnya ke tipe P seperti terlihat pada Gambar 7. Hal ini
menyebabkan pembawa muatan positif akan tertarik ke atas (kutub negatif)
sedangkan pembawa muatan negatif akan tertarik ke bawah (kutub positif),
sehingga terbentuk (depletion layer) lapisan kosong muatan pada sambungan
PN. Dengan adanya lapisan
kosong muatan ini maka tidak akan terjadi arus listrik. Bila ada radiasi
pengion yang memasuki lapisan kosong muatan ini maka akan terbentuk ion-ion
baru, elektron dan hole, yang akan bergerak ke kutub-kutub positif dan negatif.
Tambahan elektron dan hole inilah yang akan menyebabkan terbentuknya pulsa atau
arus listrik.
Oleh karena
daya atau energi yang dibutuhkan untuk menghasilkan ion-ion ini lebih rendah
dibandingkan dengan proses ionisasi di gas, maka jumlah ion yang dihasilkan
oleh energi yang sama akan lebih banyak. Hal inilah yang menyebabkan detektor
semikonduktor sangat teliti dalam membedakan energi radiasi yang mengenainya
atau disebut mempunyai resolusi tinggi. Sebagai gambaran, detektor sintilasi
untuk radiasi gamma biasanya mempunyai resolusi sebesar 50 keV, artinya,
detektor ini dapat membedakan energi dari dua buah radiasi yang memasukinya
bila kedua radiasi tersebut mempunyai perbedaan energi lebih besar daripada 50
keV. Sedang detektor semikonduktor untuk radiasi gamma biasanya mempunyai
resolusi 2 keV. Jadi terlihat bahwa detektor semikonduktor jauh lebih teliti
untuk membedakan energi radiasi.
Kelemahan
dari detektor semikonduktor adalah harganya lebih mahal, pemakaiannya harus
sangat hati-hati karena mudah rusak dan beberapa jenis detektor semikonduktor
harus didinginkan pada temperatur Nitrogen cair sehingga memerlukan dewar yang
berukuran cukup besar.
5.
Photo
Diode-Array/ PDA (Detektor Diode Silikon)
PDA merupakan detektor dengan
teknologi modern.Detektor yang terdiri atas suatu tatanan yang teratur (array)
dari fotodiode aktif dalam jumlah yang sangat banyak (330 buah). Tiap foto diode
memberikan respon spesifik terhadap radiasi dengan panjang gelombang tertentu,
sehingga radiasi elektromagnetik dengan rentang panjanggelombang yang luas
(UV-Vis) dapat diterima dengan serempak. Hal ini mengakibatkan proses scanning
dapat berlangsung dengan cepat.
Dioda yang paling umum adalah silikon,
yang mempergunakan panjang gelombang radiasi antara 0,82 mm dengan
1,1 mm, serta germanium, pada panjang gelombang radiasi antara 1,4 mm
dengan 1,9mm. Pengkondisian sinyal biasanya melibatkan rangkaian dioda standar
dimana radiasi yang datang akan mengakibatkan pergeseran dalam titik operasi
dioda.
Suatu diode array terdiri atas
serangkaian detektor fotodiode yang posisinya berdampingan dengan kristal
silikon. Susunan tersebut biasanya mengandung antara 100 dan 200 elemen
tergantung pada instumennya.Siklus pindah lebih kurang 100 mili detik. Cahaya
dilewatkan melalui suatu polikromator yang menghamburkannya sehingga jatuh pada
diode array, yang akan mengukur seluruh rentang spektrum sekaligus.
Keunggulan detektor ini dibandingkan
detektor lain adalah sumber radiasinya tunggal, radiasi yang diukur
polikromatis, sehingga sampel kompartemen terbuka, wave length reproducibility
karena tidak ada gerakan mekanis untuk mengatur panjang gelombang, dan
kecepatan scanning sangat tinggi. (Tim Penyusun, 2008).
Detector
Termal
Detector
termal mendeteksi cahaya dengan memanfaatkan kenaikan suhu ketika energi
cahaya diserap oleh permukaannya.Dengan prinsip kerja tersebut, divais ini
biasanya digunakan untuk detector cahaya dengan panjang gelombang far-infrared.
1.
Thermocouple
Thermocouple
adalah dua logam yang didekatkan yang apabila terpapar oleh kalor dengan suhu
tertentu akan menghasilkan beda potensial. Thermocouple suhu didefinisikan
sebagai jumlah dari energi panas dari sebuah objek atau sistem. Perubahan suhu
dapat memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap proses ataupun
material pada tingkatan molekul (Wilson, 2005). Sensor suhu adalah device yang
dapat melakukan deteksi pada perubahan suhu berdasarkan pada
parameter-parameter fisik seperti hambatan, ataupun perubahan voltage (Wilson,
2005). Salah satu jenis sensor suhu yang banyak digunakan sebagai sensor suhu
pada suhu tinggi adalah termokopel seperti pada gambar dibawah ini:
Thermocouple
adalah salah satu dari beberapa jenis sensor temperatur yang menggunakan metode
secara elektrik.Sensor ini terdiri atas dua kawat halus yang terbuat dari logam
seperti platina (Pt) dan perak (Ag) atau antimony (Sb) dan bismuth (Bi).
Kemudian kawat ini dikoneksikan menjadi satu sama lain pada salah satu
ujungnya. Thermocouple memiliki paling sedikit dua atau lebih hubungan yang
memiliki fungsi yaitu hubungan pertama sebagai variable pengukuran (hot
junction) dan hubungan yang kedua sebagai referensi variable (cold junction)
yang digunakan sebagai pembanding antar elemen.
Detektor
thermocouple mempunyai impedansi tinggi. Energi radiasi inframerah akan
menyebabkan terjadinya pemanasan pada salah satu kawat dan panasnya ini
sebanding dengan perbedaan gaya gerak listrik yang dihasilkan dari kedua kawat. Detektor ini bekerja berdasarkan efek peltir
dimana selisih tegangan akan timbul antara dua tempat sambungan logam-logam
semikonduktor. Apabila kedua tempat sambungan tersebut memiliki temperatur yang
berlainan. Jadi apabila sambungan yang satu (sambungan panas) lebih tinggi suhunya
atau temperaturnya pada sambungan kedua (sambungan dingin), maka akan timbul
selisih tegangan listrik yang kecil diantara sambungan panas dan sambungan
dingin tersebut (A. L. Underwood : 1993).
Thermocouple
dibangun berdasarkan Asas Seeback dimana bila dua jenis logam yang berlainan
disambungkan ini akan menjadi rangkaian tertutup sehingga perbedaan temperature
pada sambungan akan menimbulkan beda potensial listrik pada kedua logam
tersebut, selanjutnya akan dibaca oleh alat ukur temperatur (Fraden, 2003).
Prinsip kerja
dari thermocouple adalah adanya perbedaan panas secara gradien sehingga
menghasilkan tegangan listrik yang disebut sebagai efek termoelektrik. Untuk
mengukur perubahan panas ini, gabungan dua macam konduktor sering dipakai pada
ujung benda panas yang diukur. Konduktor tambahan ini akan mengalami gradiasi
suhu, dan perubahan tegangan secara berkebalikan dengan perbedaan temperatur
benda. Apabila menggunakan logam yang
berbeda untuk melengkapi sirkuit akan menghasilkan tegangan yang berbeda, meninggalkan
perbedaan kecil tegangan akibatnya dapat dilakukan pengukuran, yang bertambah
sesuai temperatur. Thermocouple hanya mengukur perbedaan temperatur di antara 2
titik bukan temperatur absolut.
Apabila digunakan
sebagai detektor, maka sambungan dingin dilindungi dengan cermat terhadap
efek-efek pemanasan dengan suhu konstan, sebaliknya sambungan panas disinari
dengan inframerah, sehingga suhu sambungan tersebut akan naik. Selisih tegangan
yang ditimbulkan dalam kawat penghubung diantara kedua sambungan tersebut
bergantung pada selisih suhu antara kedua sambungan tersebut, sehingga hal ini
bergantung pada banyaknya sinar inframerah yang mencapai sambungan panas.
Detektor thermocouple yang peka akan memberikan respon kepada perubahan suhu
sebesar 100C (A. L. Underwood : 1993).
2.
Bolometer
Bolometer
merupakan semacam thermometer resistansi yang terbuat dari kawat platina atau
nikel. Dalam hal ini akibat pemanasan akan terjadi perubahan tahanan pada
bolometer sehingga sinyal menjadi tidak seimbang. Sinyal yang tidak seimbang
ini kemudian diperkuat sehingga dapat dicatat atau direka. Bagian yang paling
utama dari detektor ini adalah suatu logam atau suatu konduktor yang tipis.
Apabila sinar inframerah mengenai bolometer maka temperaturnya akan naik, dengan
berubahnya temperatur tersebut maka tahanan listrik bolometer akan berubah
pula.
Prinsip kerja
bolometer ini apabila sinar inframerah mengenai bolometer akan mengalami
perubahan tahanan listrik sebagai fungsi temperatur atau suhu. Logam atau
setengah konduktor bolometer ini merupakan salah satu tahanan pada jembatan
Wheatstone. Sepotong logam atau setengah konduktor lain yang sama, tetapi yang
tidak disinari dengan sinar inframerah merupakan tahanan penyetimbang (R2)
dalam sebuah rangkaian wheatstone. Apabila tidak ada sinar jatuh pada bolometer
maka tahanan listriknya adalah sedemikian rupa sehinnga jambatan wheatstone
tersebut setimbang (A. L. Underwood:1993).
Apabila bolometer
tersebut dikenai oleh sinar inframerah, maka tahanan listriknya akan berubah
dan kesetimbangan rangkaian tersebut akan terganggu. Dan melalui galvanometer G
akan mengambil arus. Galvanometer akan mengukur besarnya arus yang mengalir.
Besarnya arus yang mengalir tersebut merupakan ukuran bagi besarnya perubahan
tahanan listrik di dalam bolometer, jadi juga merupakan ukuran bagi besarnya
intensitas sinar yang jatuh pada bolometer tersebut (A. L. Underwood:1993).
Ada Sumber selain web ga? buat referensi
BalasHapusSebenarnya sumbernya juga dari buku kak.
HapusTapi saya dapatnya juga dari website, tidak mencantumkan daftar pustakanya.
Hai kak salam dari masa depan
BalasHapusbanyak macamnya ya kak
BalasHapuswww oriflame co id com